Tuesday, July 28, 2009

Menyekolahkan Anak dengan Telur Bebek

Di depan rumah, bebek-bebek di kandang menyanyikan lagu rampak. Tiap pagi, beberapa ekor mempersembahkan telur-telur pada tuannya, Muntaha. Lelaki berumur 35 tahun itu memang hobi beternak bebek sejak kecil. ”Makanya, saya tertarik bergabung menjadi mitra ngembangin bebek,” tutur ayah 3 anak itu.

Ia di tahun 2004 bergabung menjadi mitra. Awalnya dimodali 100 ekor bebek usia bebaya. Dua bulan kemudian sudah menampakkan hasil, bertelur. Pada perkembangannya, bebeknya berkurang menjadi 84 ekor, karena mati kena penyakit. ”Alhamdulillah, saya bisa sekolahkan anak. Penghasilan pokok ya dari bebek ini,” ungkapnya sembari mengangkat seekor bebek, untuk dipotret.

Jpreet! Pria itu tersenyum pada bebeknya. Setelah dipotret, ia kembali menaruh bebek di kandang, dan terus bercerita. Setiap tiga hari sekali, ia menjual telur-telur mentah ke tengkulak. Untuk pakan bebek, ia harus menyediakan sebanyak 25 kg dedak untuk sehari, pagi dan sore. Seperti peternak lain, bila musim panen padi tiba, ia bisa berhemat. Bahkan, bebek bertelur lebih cepat dari pada dikurung di kandang. Kalau dikurung, sebulan, Muntaha harus membeli makanan itik bermerek, dedak, ikan petek, atau ikan tembang. Kalau dikurung, penghasilan sebulan dapat mencapai Rp 500 ribu, tapi belum bersih. Sebalinya, kalau dikepar atau diumbar di sawah saat panen padi, Muntaha bisa mengantongi Rp 500 ribu bersih. Karenanya, musim panen padi adalah berkah baginya.

Panen padi di desanya bisa dua kali dalam setahun. Pengaruh ke bebek juga bagus, jadi gemuk. Datangnya musim panen tidak bertahan terus-menerus, membuatnya harus kreatif mencarikan pakan. Caranya dengan menggiring bebek ke rawa. Kalau lagi musim, banyak keong mas yang bisa menjadi santapan bebek. Hanya tubuh bebek lebih kurus dibanding dengan makan gabah di sawah.

Rata-rata, dalam seminggu, Muntaha bisa dua kali menjual telur masing-masing 150 telur sekali jual. Perolehannya Rp 75 ribu sampai Rp 200 ribu seminggunya. Hanya saja, kendala yang paling banyak ditemui peternak itik seperti Muntaha adalah soal pakan. Jika persediaan modal membeli empan (pakan) mepet, berpengaruh juga pada keuangan keluarga.

”Saya bayangkan kalau tiga anak sekolah semua, tentu repot...,” ucap Muntaha setengah menekuri ekonominya. Namun, ia bersyukur dengan kondisi sekarang, ternyata ia bisa menyekolahkan anak sulungnya di SD. Dari penjualan telur, ia juga bisa menghidupi keluarga, selain memberi uang jajan anaknya yang sekolah.

Ia hanya mengandalkan telur? Ternyata tidak. Ia juga seorang petani penggarap sawah. Ia meminta seorang warga pemilik sepetak sawah lalu ia garap, hasilnya di-paro. Memang, hasilnya tak seberapa yang diperoleh Muntaha dari menggarap sawah. Ia telah memiliki pengalaman sebagai buruh tani, sebelum mengembangkan bebek.

Pria itu tersenyum melihat anak laki-laki nomor duanya sedang main-main tanah. ”Anak saya itu belum berani sekolah,” ucapnya dengan wajah yang menyiratkan keinginan kuat agar anak-anaknya tetap bersekolah.

Bebek-bebek di kandang ber-kwek-kwek, seolah turut memberi semangat tuannya.

Ditulis oleh Hery D. Kurniawan - Masyarakatmandiri.org

Pemberdayaan Perempuan di Bantul Melalui Bebek

By Republika Newsroom

BANTUL -- Nita Puryanti (29) warga Desa Bangi, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul kini memiliki kesibukan lain selain mengurusi anak semata wayangnya. Bahkan kegiatannya memelihara bebek bersama ibu-ibu lain di desanya justru menambah penghasilan keluarga.

Kini ibu muda ini bisa tersenyum puas manakala setiap akhir bulan menerima hasil dari jerih payahnya memelihara bebek di kampungnya itu. Bukan hanya Nita, Novi (20) seorang mahasiswi sebuah Akademi Perawat di Bantulpun juga ikut menikmati hasil dari usaha memelihara bebek di kampungnya itu.

Wanita bertubuh subur ini bisa memperoleh uang saku tambahan untuk biaya kuliahnya. ''Lumayan dan cukup membanggakan bisa membayar biaya kuliah sendiri tidak tergantung orang tua dari usaha ini,'' papar Novi.

Adalah kelompok tani perempuan Bangi Mandiri yang memiliki usaha beternak bebek di Desa Bangi, Sewon, Bantul tersebut. Sedikitnya ada 45 perempuan dari 45 keluarga di desa itu yang tergabung dalam kelompok tani tersebut. Tidak main-main, kelompok tani yang anggotanya perempuan semua itupun saat ini memelihara sedikitnta 2.640 bebek yang terdiri atas 90 persen bebek betina dan 10 persen jantan.

Masing-masing perempuan di kelompok tani tersebut memiliki 105 bebek peliharaan dimana lima diantaranya merupakan pejantan. ''Dari 100 bebek betina itu setiap hari saya bisa panen telur sekitar 60 hingga 70 telur,'' papar Nita.

Dengan hasil tersebut, setiap hari Nita dan Novi menyetor telur-telur miliknya itu ke koperasi kelompok tani mereka. ''Setelah dihitung termasuk juga untuk sewa lahan, beli pakan dan cicilan modal setiap bulan saya memperoleh pendapatan sekitar Rp 250 hingga Rp 500 ribu. Tapi ini baru berjalan dua bulan sehingga kamipun maish belajar. Jika sudah agak mahir dan bebek-bebek juga tidak stress penghasilan kami paling terus bertambah,'' tandasnya.

Bersama kelompok tani itupun, baik Nita maupun Novi masing-masing memperoleh bantuan dua kandang bebek. Dimana setiap kandang diisi sedikitnya 53 ekor bebek. Anggota kelompok tani lainnya juga menikmati bantuan yang sama.

Menempati areal sawah seluas 2.000 hektar kelompok tani perempuan Bangi Mendiri itupun memperoleh dana bantuan dari Telkomsel melalui program coorporate social responsibility (CSR) sebesar Rp 450 juta. Dana bantuan itupun digunakan untuk pembangunan 48 kandang bebek dan pemberian bibit bebek sebanyak 2.640 ekor.

''Untuk mendukung kelancaran proses usaha sendiri kita juga melengkapi areal peternakan bebek ini dengan mesin penepung pakan, gudang telur, rumah penetasan berikut empat mesin penetas, enam kandang meri (anak bebek), enam kandang pembesaran indukan, ruang pembuatan telur asin serta infrastruktur klaster,'' kata Direktur Keuangan Telkomsel Triwahyusari saat penyerahan bantuan tersebut pada kelompok tani tersebut di Bangi, Bantul, Kamis kemarin.

Penyerahan bantuan itupun disaksikan Wakil Bupati Bantul, Sumarno dan beberapa pejabat Bantul lainnya. Penyerahan bantuan tersebut juga menandai di resmikannya Kampung bebek sebagai icon pemberdayaan perempuan di Desa Bangi, Sewon, Bantul melalui peternakan bebek tersebut.

Diakui Triwahyuni, kelompok tani yang diberikan bantuan program tersebut merupakan kelompok tani perempuan yang beranggotakan perempuan usai produktif antara 17 hingga 40 tahun. Melalui langkah itu, diharapkan pendapatan keluarga perempuan di desa tersebut bertambah dan berimbas pada peningkatan kesejahteraan keluarga mereka sendiri.

Menurutnya, bantuan itu sifatnya bergulir sehingga diharapkan bantuan tersebut bisa dikembangkan untuk peningkatan atau pemberdayaan kelompok tani di desa lainnya di Bantul.

Melalui program itupun kini Nita dan beberapa ibu-ibu muda Desa Bangi tidak hanya mengasuh anak dan mengurus rumah tangga saja. Mereka memiliki aktivitas lain untuk menambah pendapatan keluarga. melalui kelompok tani itupun, ibu-ibu yang tiga tahun lalu menjadi korban gempa itupun juga belajar berorganisasi dan belajar mandiri.yli/kpo

Friday, July 17, 2009

Beternak Itik Petelur, Keunggulan Itik Mojosari

Source: http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=90509&idrb=40502

Pemeliharaan itik petelur membutuhkan bahan baku bibit, pakan dan obat-obatan. Pemilihan bibit harus dipertimbangkan secara baik, karena bibit ini merupakan keputusan awal yang akan berpengaruh pada tahap-tahap pemeliharaan berikutnya. Beberapa jenis bibit unggul itik petelur yang dijumpai di pasar adalah sebagai berikut:

Itik Tegal
Itik Mojosari
Itik Alabio
Itik Bali
Itik BPT KA

Bibit unggul tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan telur baik jumlah telur yang dihasilkan per tahun maupun rata-rata berat telur dapat dilihat dalam Tabel 4.1. Tampak bahwa jenis itik Mojosari menghasilkan jumlah telur per tahun tertinggi (200-265 butir), dengan bobot per butirnya juga tinggi (70 gr). Urutan berikutnya adalah jenis itik Tegal yang menghasilkan jumlah telur per tahun 150-250 butir dengan bobot per butir antara 65 – 70 gr

Kemampuan Produksi Telur dan Bobot Beberapa Jenis Itik Petelur Unggas:

Itik Mojosari
200-265 butir per tahun / 70gr per butir

Itik Tegal
150-250 butir per tahun / 65-70gr per butir

Itik Alabio
130-250 butir per tahun / 65-70gr per butir

Itik Bali
153-250 butir / 60-65gr per butir

Sumber: Suharno dan Amri (2000 diolah)


Selanjutnya sarana produksi lainnya yang dibutuhkan yaitu pakan dan obat-obatan. Jenis pakan adalah: starter (untuk anak itik), grower (untuk itik dara) dan layer (untuk itik dewasa). Ketiga jenis pakan ini dapat dengan mudah dibeli di toko. Pakan ini dapat dibuat sendiri dengan alternatif bahan-bahan yang paling murah dan mudah diperoleh di sekitar lokasi usaha. Adapun bahan alternatif pakan ternak itik adalah jagung kuning, dedak/bekatul, tepung ikan, tepung daging bekicot, tepung tulang, tepung kerang, bungkil kelapa, tepung gaplek, tepung daun pepaya, tepung daun turi, dan tepung daun lamtoro. Komposisi bahan-bahan tersebut tergantung pada jenis pakan yang akan dibuat.

Obat-obatan dibutuhkan karena untuk mendapatkan produksi yang baik dan bermutu tinggi, salah satunya adalah ternak harus sehat. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban peternak untuk menjaga agar itik petelur terhindar dari segala macam serangan penyakit. Cara terbaik untuk menghindar dari serangan penyakit adalah dengan memelihara itik dalam kandang yang memadai, baik sanitasi maupun luasannya, selain pakan yang mencukupi jumlah, nilai gizi, dan kesegarannya. Berdasarkan pengalaman, vaksinasi yang perlu diberikan pada itik adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit fowl cholera atau duck cholera. Sedangkan penyakit yang dapat menyerang unggas (umumnya) adalah virus, bakteri, dan parasit (cacing, protozoa, dan kutu). Beberapa penyakit itik terpenting adalah: coccidiosis, coryza, infeksi salmonella, lumpuh, dan kolera.

Tuesday, June 30, 2009

Trick Supaya DOD Itik Bertahan Hidup

Petunjuk pemeliharaan ini ditujukan untuk DOD umur 1 s.d. 2o hari. Anak bebek (meri), pada hakekatnya bisa bertahan hidup tanpa makanan sampai umur 1-3 hari karena masih memiliki kandungan makanan pada tubuhnya. Akan tetapi mereka tetap harus dipelihara secara seksama dan hati-hati. Berikut ini beberapa petunjuk praktis pemeliharaan anak itik:

1. Siapkan kandang untuk anak itik, usahakan kandang telah bersih dari segala macam hal yang dapat mengancam kehidupan anak itik. Kandang harus dapat menghangatkan anak itik, berikan lampu untuk penghangat dan usahakan dinding kandang tertutup sehingga tidak ada angin dari luar yang masuk ke dalam kandang.
2. Apabila bibit itik/meri didatangkan dari tempat jauh, setalah tiba ditempat jangan langsung diberi makan terlebih dahulu, berilah minuman berupa air gula jawa, hal ini berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh meri. Setelah satu jam baru diberi makan berupa konsentrat seperti BR1 dan 511.
3. Pada umur 1-20 hari pertumbuhan anak itik sangatlah cepat, jadi jangan lupa beri vitamin pada asupan makanan atau minuman, vitamin bisa berupa cairan seperti NASA POC atau berupa bubuk seperti Vitachick.
4. Sesuaikan suhu kandang dengan pertumbuhan anak itik, penggunaan lampu dapat dihilangkan apabila sudah tidak diperlukan lagi
5. Usahakan kondisi kadang selalu bersih, kandang yang kotor akan mendatangkan penyakit yang dapat membunuh anak itik, buatlah lantai kandang yang berlubang (kawat ram atau bambu) sehingga kotoran itik bisa langsung jatuh, pastikan lubang yang ada tidak membuat kaki itik terjepit.

Itulah sedikit trick yang bisa saya berikan, mudah2an dapat berguna untuk anda semua.

Salam Mandiri Peternak Indonesia!

SISTEM PERKANDANGAN ITIK PETELUR

Di Indonesia masih banyak ternak itik dipelihara secara tradisional yaitu dengan mengembalakan itik di sawah atau di tempat-tempat yang banyak air. Dengan semakin sempitnya areal pengembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.

Salah satu usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan mengalihkan sistem pemeliharaan dari sistem tradisional ke sistem intensif yaitu dengan cara beternak itik tanpa air atau di kandangkan, ini lebih menguntung­kan karena kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin. Selain itu, produktivitas telur lebih tinggi serta biaya pemeliharaan lebih efisien.

Banyak penelitian membuktikan bahwa itik tidak mutlak membutuhkan air untuk berenang. Terbukti bahwa pemeliharaan itik secara intensif dan terkurung dapat mencapai produksi yang optimal yaitu sebanyak 203 butir/tahun/ekor, sedangkan yang digembalakan hanya menghasilkan telur sebanyak 124 butir/tahun.

Syarat Perkandangan

Kandang merupakan tempat kediaman ternak dan dari kandang tersebut, ternak memperoleh manfaat. Agar pembuatan kandang tersebut benar-benar menghasilkan manfaat yang sebesar­-besarnya bagi itik, maka diperlukan pengetahuan tentang perkandangan antara lain:
1. Kandang harus dapat memberikan kenyamanan bagi itik, artinya tidak menyebabkan itik gelisah dan mudah terkejut.
2. Kandang harus memberikan kesehatan bagi itik yang ada di dalamnya (tingkat kematian itik dalam kandang rendah).
3. Kandang yang dibangun harus memberi­kan hasil bagi peternak berupa telur yang lebih banyak daripada pemeliharaan tanpa kandang.
4. Dalam membangun kandang hendaknya tidak mengganggu peternak dan keluarganya. Sebaliknya keluarga peternak juga tidak mengganggu itik tersebut.
5. Kandang yang dibangun itu harus memenuhi syarat ekonomis, artinya tidak terlalu mahal tetapi memenuhi syarat di atas.


Jenis Kandang

1. Kandang Itik Sistem Terkurung

Kandang ini sesuai bagi itik komersial untuk produksi telur konsumsi. Lantai kandang dapat terbuat dari tanah yang dipadatkan, bagian atas dilapisi kapur dan barulah diletakkan alas berupa kulit padi atau bekas serutan gergaji. Kelemahannya adalah bila alas kandang basah karena tumpahan air minum, agak sulit untuk membersihkan dan mengeringkannya terutama pada daerah yang kelembaban­nya terlalu tinggi, hal ini akan menyebabkan timbulnya penyakit.

2. Kandang Itik Sistem Pekarangan

Kandang itik sistem ini merupakan kombinasi antara terkurung dengan sistem lepas. Lantai kandang padat yang dilapisi sekam padi. Atap kandang yang cocok adalah atap satu muka dengan lubang angin di atasnya. Pada pekarangan yang disediakan itulah terdapat tempat pakan dan minuman itik. Sedikit pelindung akan berguna melindungi itik dari teriknya matahari dan hujan. Sekitar pekarangan dibuat pagar dengan tinggi � 75 cm.

3. Kandang Itik Sistem Baterai

Kandang sistem ini mirip sekali dengan kandang baterai untuk ayam petelur yaitu kandang individual. Semua kandang baterai dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya dipagar dengan bambu anyaman atau kawat.

Kandang yang Ideal

Kandang yang diarahkan ke timur dengan maksud untuk memberikan kesempatan sinar matahari pagi masuk ke dalam kandang, dengan demikian diharapkan ruangan kandang menjadi sehat dan cukup terang. Tinggi kandang dibuat tidak kurang dari 2 meter, sehingga peternak tidak perlu membungkukkan badan pada saat melakukan pekerjaan di dalam kandang. Dinding kandang sebaiknya ditutup tembok/bambu setinggi 60 cm dari lantai, sedangkan sisanya dibiarkan terbuka cukup ditutup dengan kawat atau bilah-bilah bambu.

Hal lain yang menjadi penentu ideal tidaknya kandang yang kita dirikan adalah luasan kandang serta daya tampungnya. Sebagai patokan tiap satu meter persegi kandang bisa didiami dengan 4 ekor itik dewasa (umur > 6 bulan) dengan rumus sebagai berikut:

Panjang kandang (m) X lebar (m) X 4 = Jumlah itik yang dipelihara

Sumber: LIPTAN BPTP JAKARTA, No.:06/LIPTAN/BPTP JKT/2001

Thursday, June 25, 2009

Mari Beternak Bebek / Itik



Itik sangat cocok digembalakan di daerah yang memiliki sungai-sungai kecil. Lebih tahan penyakit ketimbang unggas lain.



Anda pernah lewat atau ke Brebes? Di sepanjang jalan raya pantura, di daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah ini anda akan menemui toko-toko yang menjual telur asin. Ya telur bebek yang diawetkan dengan cara diasinkan memang dikenal luas dan menjadi ciri khas Kota Brebes. Rasanya yang gurih, legit, dan mengundang selera. Butiran telur yang lebih besar dari telur ayam, rasa yang khas, dan keawetannya membuat telur asin memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Biasanya di kulit telur yang biru kehijauan itu, distempel masa kedaluarsanya.

Lebih dari sejuta telur per hari dihasilkan di peternakan-peterakan itik di Brebes . Ini menunjukkan prospek ternak bebek yang menjanjikan. Apalagi sekarang permintaan pasar tidak hanya telur bebek, tetapi juga bebek potong semakin meningkat. Daging bebek memiliki kekenyalan dan aroma yang khas. Di mana-mana sedang merebak restoran dan warung makan yang menawarkan sajian bebek dengan aneka pilihan menu.



Sentra peternakan itik di Brebes sudah dikenal lama. Awalnya tentu dengan teknologi yang sangat sederhana dan bersifat sambilan. Biasanya itik digembalakan di persawahan dan sungai. Hasilnya pun selain dikonsumsi sendiri juga dijual untuk menambah pendapatan untuk menutup kebutuhan rumahtangga sehari-hari.



Saat ini peternakan itik di Brebes telah berkembang pesat. Ada 10 kelompok tani ternak itik yang menaungi 1.778 peternak itik dengan populasi itik hampir mencapai angka 900.000 ekor. Dengan keuntungan yang memadai dan harga yang relatif stabil, peternakan itik di Brebes terus mengalami peningkatan. Bahkan dari sekadar sambilan, kini peternakan bebek telah menjadi pilihan utama bagi sebagian petani menggeser budi daya bawang merah yang juga menjadi ciri khas Brebes.



Kalkulasinya, peternak bisa mendapat keuntungan dengan memelihara 400 ekor itik. Peternak harus mengeluarkan modal untuk membeli anak itik atau meri senilai Rp 750 sampai dengan Rp 1.000 per ekor. Pada umur enam bulan, itik akan mulai bertelur. Telur yang dihasilkan antara 240-320 butir per-harinya. Harga telur berkisar antara Rp 700 sampai dengan Rp 750 per butirnya. Dengan pendapatan hasil penjualan telur per-harinya minimal Rp 168.000, para peternak bisa menyisihkan keuntungan sekitar Rp 75.000 sampai Rp. 100.000.



Di samping dari daerah asal, itik lokal dikenal berdasarkan daerah pengembangan dan sifat morfologisnya. Ada itik Tegal, itik Alabio, itik Mojosari, dan Itik Maros. Itik adalah unggas yang memiliki ketahanan tubuh yang baik, termasuk tahan terhadap virus flu burung dibandingkan dengan unggas lain. Itik alabio cenderung lebih produktif.



Itik sangat cocok digembalakan di daerah yang memiliki sungai-sungai kecil. Itik yang digembalakan cenderung lebih produktif. Masa produktif itik yang ideal adalah 1 tahun. Produksi telur rata-rata 200-300 butir per-tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Biasanya kandang itik dibuat sederhana, dengan dinding bambu dan atap genteng ayag alang-alang. Kandang itik disekat menjadi dua bagian. Satu bagian untuk tempat makan dan bagian lainnya untuk tempat bertelur. Kandang itik harus dibersihkan setiap harinya. Kebersihan dan kenyamanan itik akan sangat berpengaruh pada produktifitasnya.



Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan bebek potong, dipenuhi dengan itik jantan atau itik betina yang sudah afkir alias tidak produktif lagi. Itik jantang relatif lebih cepat pertumbuhan fisiknya. Itik jantan sudah bisa mencapai bobot 1,5 kg dalam waktu 2-3 bulan saja. (M. Taufan Agasta/Cahaya Nusantara, November 2007)

Wednesday, June 24, 2009

Menjanjikan, Prospek Agribisnis Ternak Itik di Masa Mendatang dan Sekarang


Menjanjikan, Prospek Agribisnis Ternak Itik di Masa Mendatang dan Sekarang

Pada hakekatnya tujuan pembangunan peternakan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak guna memenuhi kebutuhan protein hewani, perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan kelestarian sumber daya alam.

Dengan semakin meningkatnya permintaan produk itik baik daging maupun telur dan kelestarian sumber daya alam, serta penyediaan bibit unggul, maka prospek agribisnis ternak itik menjanjikan di masa mendatang dan sekarang.

”Berdasarkan kajian Road Map Perbibitan Ternak Departemen Pertanian tahun 2008, kebutuhan daging dan telur itik terus meningkat”, kata Kepala BPTU Pelaihari Kalsel Drh. Putut Budiono, SBP. Tahun 2010 kebutuhan daging itik diperkirakan 14,3 ribu ton. Sedangkan ketersediaan daging diperkirakan hanya 6,4 ribu ton, sehingga masih kekurangan 7,9 ribu ton.

Demikian juga kebutuhan telur pada tahun 2010 diperkirakan 193 ribu ton, sedangkan ketersediaan telur diperkirakan hanya 141 ribu ton, sehingga masih kekurangan 52 ribu ton. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, baik kebutuhan daging itik maupun kebutuhan telur itik diperlukan sejumlah bibit Parent Stok (PS) untuk menghasilkan DOD pedaging dan DOD petelur.

Terus Meningkat
Kecenderungan permintaan produk itik terutama daging itik semakin meningkat baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Bila kita lihat lebih jeli, masyarakat sudah mulai jenuh dengan menu ayam ras dan beralih ke daging itik yang rasanya relatif lebih enak dan gurih.

Hal ini dapat dilihat dengan semakin berkembangnya warung makan pinggir jalan sampai restoran yang menyajikan menu khusus daging itik dengan berbagai macam variasi masakan. Bahkan, di restoran-restoran cina dan hotel-hotel berbintang menyediakan menu khusus dari olahan daging dan telur itik seperti plum duck, duck balls, steam duck, tasty duck, pot cooked duck dan bebek cina bumbu hong.

Source: SinarTani.com

Tuesday, June 23, 2009

Ketika Beternak Itik Menjadi Pilihan


Source: M Burhanudin (www.kompas.com)

Sejak lama Kabupaten Brebes dikenal sebagai penghasil telur asin. Di pelosok kota maupun desa di kabupaten ini mudah kita jumpai toko atau kedai yang menjual telur asin. Tak pelak, telur asin menjadi trademark wilayah di ujung barat Provinsi Jawa Tengah tersebut.

Melimpahnya produksi telur asin di Brebes tak terlepas dari banyaknya sentra peternakan itik di wilayah ini.

Di Brebes tercatat 1.778 peternak itik yang tersebar dan bergabung di lebih dari 10 kelompok tani ternak itik (KTTI). Jumlah itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan peternak unggas lain, seperti peternak ayam petelur yang 246 orang ataupun peternak ayam pedaging yang hanya 99 orang.

Beberapa sentra ternak itik di Brebes yang terkenal adalah di Desa Limbangan Wetan, Pakijangan, dan Gandasuli. Bahkan, KTTI Maju Jaya di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, tahun 2004 meraih predikat sebagai KTTI terbaik tingkat nasional.

Banyaknya jumlah peternak itik menjadikan Brebes sebagai salah satu sentra peternakan itik di Jateng. Setiap tahunnya, lebih dari 100 juta telur diproduksi di peternakan-peternakan telur di Brebes. Populasi itik di wilayah ini mencapai 889.000 ekor.

Banyaknya warga Brebes yang menggeluti profesi sebagai peternak itik tak terlepas dari keuntungan yang bisa dihasilkan dari kegiatan ini. Dengan modal yang tidak terlalu besar dan perawatan yang mudah, seorang peternak itik pemula (satu tahun) rata-rata bisa mendapat keuntungan bersih Rp 50.000 sampai Rp 150.000 per hari. Bahkan, apabila jumlah itiknya di atas 1.000 ekor, tak mustahil dia meraup keuntungan Rp 300.000 per hari.

Tidak jelas sejak kapan usaha peternakan itik tumbuh di Brebes. Sejumlah peternak menyatakan, budidaya itik di Brebes sudah cukup lama. Awalnya dulu sangat sederhana. Itik digembalakan di persawahan dan sungai oleh para petani di tengah kesibukan bercocok tanam.

"Sebenarnya sudah cukup lama orang Brebes beternak itik. Kalau dulu hanya sebagai sambilan, pekerjaan utama tetap bertani," ungkap Haryanto (40), peternak itik di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Limbangan.

Seiring makin banyaknya industri rumah tangga di Brebes yang memproduksi telur asin sekitar tahun 1990-an, pasaran telur itik di wilayah ini pun terkatrol. Para peternak terpacu meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah jumlah dan memperbaiki manajemen peternakannya.

Kegiatan beternak itik lambat laun menjadi kegiatan ekonomi utama dibandingkan dengan bertani. Bahkan, tak sedikit petani yang menjadikan lahan pertaniannya, terutama lahan bawang merah, untuk dijadikan areal peternakan itik.

Ini seperti dilakukan oleh 30 peternak itik yang tergabung dalam KTTI Sumber Pangan Desa Gandasuli, Kecamatan Brebes, yang secara bergotong-royong membangun sentra peternakan itik di bekas lahan pertanian bawang merah mereka sejak tahun 2000 silam.

Syahroni (58), Ketua KTTI Sumber Pangan, menuturkan, beternak itik lebih menjanjikan daripada bertani bawang maupun padi. Selain risikonya kecil, keuntungan ekonomi yang diperoleh lebih stabil dan relatif lebih besar.

"Waktu saya menjadi petani bawang merah, kalau harganya bagus, sekali panen memang untung sangat besar. Namun, biaya perawatannya juga besar. Selain itu, belakangan ini harga bawang merah jatuh akibat banyaknya bawang impor. Kalau beternak itik, risiko-risiko semacam itu tidak ada. Harga telur memang naik-turun, tetapi lebih stabil dibandingkan dengan harga bawang. Risikonya paling-paling harga pakan yang mahal," ungkap Syahroni.

Selain adanya kemudahan pasar, peternak itik di Brebes juga diuntungkan oleh banyaknya sungai kecil yang mengalir di wilayah ini, terutama di daerah utara. Sungai-sungai memudahkan peternak menggembalakan dan memberikan air minum bagi itik.

"Keberadaan sungai sebenarnya tidak mutlak. Namun, apabila ada, itu sangat membantu. Itik yang digembalakan akan lebih mudah bertelur karena tidak gampang stres dan lemaknya terbakar," papar Kepala Kantor Peternakan Kabupaten Brebes Nono Setyawan.

Keuntungan lain yang dimiliki peternak itik, kata Nono, daya tahan itik dari serangan penyakit cukup tinggi, termasuk flu burung yang kini menghantui para peternak unggas di Indonesia. Ini tak terlepas dari faktor bawaan (carrier) itik yang memang memiliki kekebalan terhadap serangan virus tersebut.

"Kematian itik di Brebes akibat serangan virus flu burung jarang sekali, khususnya apabila dibandingkan dengan jenis unggas yang lain. Dua tahun terakhir tidak pernah ditemukan kasus seperti itu," ujarnya.

Modal tak besar

Modal beternak itik tidak terlalu besar. Kebutuhan utama adalah membeli anak itik atau yang biasa disebut dengan meri yang harganya Rp 750 sampai Rp 1.000 per ekor. Biasanya, pada kesempatan pertama peternak membeli 300 sampai 500 ekor meri. Sudah menjadi patokan para peternak itik di Brebes, untuk memperoleh untung jumlah ternak yang dibudidayakan minimal 400 ekor.

"Kalau 300 ekor hanya impas. Namun, kalau 400 ekor, sudah ada keuntungan yang diperoleh meski tidak besar," tutur Karyanto, peternak itik di Desa Limbangan Wetang, Kecamatan Brebes.

Diperlukan waktu enam bulan bagi anak itik untuk tumbuh menjadi dewasa dan siap bertelur. Minimal 60 persen dari itik yang dipelihara akan bertelur setiap hari. Bahkan, apabila musim sedang bagus dan itik tidak stres, persentase bertelurnya bisa mencapai 80 persen. Artinya, jika jumlah itik yang dipelihara 600 ekor, telur yang dihasilkan setiap harinya antara 350 butir-500 butir.

Di KTTI Sandang Pangan, setiap peternak memiliki 500 ekor sampai 1.500 ekor itik. Kandang- kandang para peternak di KKTI itu berada dalam satu kompleks yang dipisahkan dengan kerangkeng bambu. Satu kandang disekat menjadi dua bagian, yakni tempat makan dan tempat bertelur. Sekat itu diberi satu pintu untuk pergerakan itik.

Bangunan kandang pada umumnya terbuat dari bambu. Sebagian kandang ada yang beratap genteng sederhana, sebagian lagi ada yang hanya berupa alang-alang atau daduk. Hal seperti itu juga terlihat di hampir semua sentra peternakan itik di Brebes.

"Kandang sederhana tidak masalah, yang penting sering dibersihkan," kata Haryanto.

Haryanto memiliki 600 ekor itik di kandangnya, dengan produksi 350 butir sampai 400 butir telur setiap hari. Dengan harga telur itik saat ini berkisar antara Rp 700 sampai Rp 750 per butir, dalam sehari Haryanto memperoleh hasil penjualan hingga sekitar Rp 300.000. Penghasilan kotor itu dikurangi biaya pembelian pakan dan obat-obatan sekitar Rp 150.000. Dengan demikian, dalam sehari Haryanto mendapat keuntungan bersih Rp 150.000.

"Penghasilan saya sebagai peternak itik cukup lumayan dibandingkan dengan waktu saya masih bertani. Namun, itu semua harus dicapai dengan kerja keras. Tidak duduk-duduk saja," katanya.

Monday, June 22, 2009

Memilih Bibit Itik/Bebek petelur

Kebanyakan dari pemula peternak bebek petelur akan kesulitan dalam memilih bibit sesuai yang diharapkan ( umur bibit siap telur ), sebagai pengalaman saya pertama kali ketika membeli bibit ( bayah ) saya pernah terkecoh , karena saya pemula jadi tidak tahu tentang karakteristik bibit siap telur ( bayah ), jadi bibit itu saya beli. Dalam tempo 1 bulan belum bertelur dan baru bertelur hampir sekitar 2 bulan setelah saya pelihara, ternyata bibit yang saya beli itu berumur kurang dari 4 bln, padahal umur bibit siap telur(bayah) adalah bebek betina yang ber umur 5 – 5,5 bln ( 20 – 21 minggu).

Bebek remaja siap telur (bayah) adalah Bebek dara yang masih memerlukan beberapa waktu lagi untuk bertelur. Idealnya bayah yang berumur 5 – 6 bulan. Kita perlu hati hati bila membeli bayah yang sudah bertelur karena bisa jadi bukan bayah melainkan bebek yang sudah berproduksi.dan juga sebaiknya kita memperhatikan keseragaman umur dari bayah yang akan kita beli karena jika umur tidak sama akan mempengaruhi produksi ( produksi tidak merata ),selain itu jika umur seragam diharapkan nanti masa rontok bulu bisa berbarengan..

Memang perlu pemahaman untuk menentukan atau memilih Bibit bebek petelur yang baik, sebab merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan secara intensif.

Berikut ini karakteristik itik petelur yang baik :

1. Badannya langsing, tegak seperti botol

2. Bentuk leher kecil, panjang dan bulat seperti rotan

3. Kepala kecil, mata terang, dan terletak di bagian atas kepala

4. Sayap tertutup rapat di badan dengan ujungnya terlihat rapi di

pangkal ekor

5. Bulu tumbuh rata, halus dan berkilau ( tidak suram/kusam)

6. Kaki berdiri kokoh

7. Tidak terdapat luka.

(Sumber : -Redaksi agromedia ,beterna itik hemat air)

Proposal Usaha Bebek

1. Gambaran Umum Visi Usaha


Dewasa ini kebutuhan akan daging bebek atau telur bebek semakin meningkat, setelah adanya isu flu burung yang mematikan usaha peternakan ayam . Masyarakat cenderung memelihara bebek dan mentok sebagai alternatif. Untuk itu usaha ini sangat menjanjikan karena konsumsi masyarakat semakin meningkat, apalagi usaha kuliner yang berbasis daging bebek semakin bervariasi seperti bebek bakar,bebek goreng ,atau sate bebek . Berikut ini akan kami jelaskan tentang jenis usaha ,rincian modal usaha serta pengembangan usaha yang mungkin dilakukan.


2. Variasi Usaha Yang Bisa Dilakukan


A. Pembesaran Bebek

Pembesaran bebek adalah proses pembesaran bebek dari DOC (hari pertama menetas) sampai 40 hari. Anakan bebek (meri) yang di besarkan adalah jenis betina yang memang dari segi harga lebih mahal sehingga memerlukan perawatan extra. Dalam hal ini harus menyiapkan kandang yang sesuai dengan kebutuhan , dengan penghangat, agar suhu temperatur sesuai yang dibutuhkan. Ini perlu dilakukan untuk menekan tingkat kematian. Tingkat kematian normal 20% dari jumlah anakan. Usaha pembesaran ini merupakan usaha yang paling cepat menghasilkan dan resiko paling rendah ,tapi juga membutuhkan investasi besar karena harus membuat kandang khusus dan rumah kandang .


B. Penggemukan Bebek

Perbedaan mendasar dari Pembesaran Bebek adalah meri yang digemukkkan adalah meri jantan yang harga bibitnya jauh lebih murah. Dalam proses penggemukan ini waktu yang diperlukan lebih lama yaitu 5-6 bulan dan itu menyebabkan konsumsi pakan juga lebih banyak. Jika dihitung dari hasil jual dan perawatan keduanya keutungannya hampir sama yang membedakan hanya waktu yang lebih lama.


C. Peternakan Bebek

Dalam usaha ini bebek yang dibeli adalah yang sudah berumur 5-6 bulan ,yaitu bebek yang sudah siap untuk bertelur . Dalam hal ini ketika sudah mulai bertelur akan bertelur setiap hari dan berhenti setelah 8-9 bulan .


D. Penetasan Telur Bebek

Telur yang dihasilkan dari Usaha Peternakan bebek ini . Ditetaskan selama 30 hari setelah menetas dipisahkan antara pejantan dan betina prosentase kesuksesan telur yang ditetaskan ini 70% . Dan pula tergantung dengan ketelitian pengetesan telur pada 3 hari pertama.


E. Usaha pembuatan Telur asin Rebus , Panggang & Bakar dengan Variasi rasa .

Selain ditetaskan telur bebek juga dapat diasinkan selama 14 hari , dansetelah itu dilakukan proses lanjutan yaitu direbus, dipanggang atau dibakar. Sedangkan variasi rasa dapat dibuat rasa Bawang Putih atau Bawang merah.

Source:http://www.bisnisbebek.blogspot.com/

Saturday, June 20, 2009

Peluang Usaha Beternak Itik

Source:http://cepiar.wordpress.com

Bisnis budidaya itik memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Apalagi jika budidaya dilakukan secara intensif dalam arti tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan sambilan. Selain memiliki peluang bagus untuk dikembangkan karena permintaan yang makin tinggi dari masyarakat untuk konsumsi telur dan daging, peternakan itik membutuhkan pakan, khususnya sumber protein yang efisien.

Itik di Indonesia awalnya berasal dari Jawa. Sementara di Inggris dikenal dengan nama Indian Runner (Anas javanica). Berbagai jenis itik lokal dikenal penamaannya berdasarkan tempat pengembangannya, wilayah asal dan sifat morfologis. Mungkin Anda pernah mendengar nama-nam itik seperti itik Alabio (dari Kalimantan Selatan), itik Tegal dan itik Mojosari dan Itik Maros.

Umumnya usaha peternakan itik ditujukan untuk itik petelur. Namun peluang itik pedaging juga bisa diambil dari itik jantan atau itik betina yang sudah lewat masa produksinya. Selain itu bisa juga pebisnis mengambil bagian pembibitan ternak itik sebagai fokus usaha.

Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan dan pemasaran hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak itik (5-8 minggu), pemeliharaan itik Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan itik petelur (umur 20 minggu ke atas).

Masa produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun. Produksi telur rata-rata itik lokal berkisar antara 200-300 butir per tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, itik alabio memiliki produktivitas tinggi di atas 250 butir per tahun dengan masa produksi telur hingga 68 minggu.

Pengembangan dan pemeliharaan itik potong agar tercapai efisiensi pemanfaatannya menurut D.L Satie (1991) seperti dikutip Majalah Poutry Indonesia Online, dapat menggunakan itik yang telah lewat masa produksinya maupun itik jantan. Hal ini dimaksudkan karena itik jantan mempunyai beberapa keunggulan dan keuntungan kalau ditinjau dari segi ekonomisnya. Sementara untuk harga bibit, itik jantan lebih murah jika dibandingkan itik betina, karena msyarakat selama ini hanya mengenal dan memetik keuntungan dari itik betina sebagai petelur.

Masih menurut Satie, pemeliharaannya tidak membutuhkan waktu yang lama, dimana hasil sudah bisa dipetik dalam waktu 2-3 bulan. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya relatif lebih baik daripada itik betina. Berat badan sampai saat dipotong tidak kurang dari 1,5 kg. Dengan memanfaatkan itik jantan, dalam waktu yang relatif singkat sudah dapat dicapai berat yang lebih dibutuhkan. Pemotongan pada umur yang relatif muda, menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih tinggi.

Itik Hibrida Raja dan Ratu, Peluang Baru Peternak


Source: Kompas.com

Terbatasnya lahan dan modal usaha di tengah semakin tingginya tuntutan kebutuhan hidup acap kali justru mendorong kreativitas seseorang. Tak pernah puas dengan hasil kerja yang sama bertahun- tahun, terobosan-terobosan baru pun dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Tak terkecuali bagi para peternak.

Sebagian peternak itik di wilayah Kecamatan Sleman dan Kecamatan Seyegan, Sleman, misalnya, sejak beberapa bulan terakhir mengembangkan budidaya ternak itik unggul organik yang merupakan persilangan dari itik alabio Kalimantan Timur dengan itik Mojosari Jawa Timur.

Dari beternak beberapa jenis itik lokal, seperti itik turi Bantul ataupun itik payaman Magelang, mereka mencoba beralih ke itik unggul yang dirasa lebih menguntungkan karena pertumbuhan yang lebih cepat dan produktivitas yang lebih tinggi.

"Itik unggul organik ini istimewa karena pertumbuhan dagingnya yang cepat. Jika berat itik biasa atau itik lokal hanya enam ons pada usia 45 hari, pada usia yang sama berat itik unggul organik mampu mencapai 1,3 kilogram. Itik jenis betina dinamai ratu, sedangkan yang jantan dinamai raja," kata Warsidi, peternak itik di Dusun Beteng, Margoagung, Seyegan, Selasa (8/1).

Pada usia satu bulan, 45 hari, 50 hari, sampai tiga bulan itik unggul organik sudah bisa dipotong dengan harga yang cukup bersaing, antara Rp 12.500-Rp 25.000 per ekor. Untuk dijual sebagai pedaging pun peternak tak perlu menunggu sampai itik menjadi apkir atau tak lagi mampu bertelur. "Itik potong yang ada selama ini sebagian besar merupakan itik apkir sehingga pedagang terkadang kekurangan stok," tutur Warsidi. Produktivitas

Selain pertumbuhan dagingnya lebih cepat, produktivitas telur itik jenis ini juga lebih tinggi dibandingkan itik biasa. Persentase produktivitas telur mencapai 93 persen lebih tinggi dibanding itik biasa yang hanya mencapai 68 persen. Setiap hari seekor itik mampu menghasilkan satu butir telur selama satu tahun penuh. Biasanya, itik lokal bertelur selama dua sampai tiga bulan, lalu berhenti sekitar satu bulan sebelum bertelur kembali.

Beternak itik unggul organik ini memang cukup menguntungkan. Warsidi menceritakan, dari pengalamannya beternak 2.000 ekor itik unggul organik sejak September tahun lalu, ia bisa memperoleh pendapatan bersih sekitar Rp 7.500 dari tiap ekor itik. "Untuk satu ekor itik raja, biaya pakan dan pemeliharaan Rp 10.000. Pada usia 50- 60 hari, tiap ekor bisa dijual Rp 17.500," ujarnya. Semakin tua usia dan semakin bertambah berat badannya, harga itik akan semakin mahal.

Keuntungan yang diperoleh memang cukup besar mengingat pakan dan pemeliharaan yang relatif mudah. Hanya saja, bibit itik unggul organik ini masih terbatas. Saat ini day old duck (DOD) hanya bisa didapat dari Kalimantan Selatan. Harganya sendiri Rp 3.500 per ekor untuk raja dan Rp 6.000 per ekor untuk ratu.

Karena itu, para peternak terus berupaya mengembangkan budidaya ternak itik jenis unggul ini. "Supaya tidak terus-terusan bergantung pada Kalimantan Selatan, kami mencoba melakukan pembibitan secara mandiri. Harapannya nanti DOD itik unggul organik bisa dipenuhi dari Yogyakarta," ucap Rahmat Kusnadi, peternak itik di Dusun Ngangkrik, Triharjo, Sleman.

Ketika sudah tidak asing lagi dan semakin dikenal masyarakat luas, ia berharap harga jual itik yang dipeliharanya pun bisa lebih tinggi. Dan para peternak pun akan terus berinovasi. Tak hanya sekadar untuk bertahan, tetapi memperoleh hasil optimal dari semua jerih payahnya.

Itik memang tidak lebih populer dibanding ayam. Khusus untuk itik pedaging, lebih sering disebut bebek, sejauh ini masih dianggap sebagai santapan yang eksklusif. Konsumsi bebek tidak setinggi konsumsi terhadap daging ayam. Oleh karena itu, kehadiran itik hibrida yang memiliki produktivitas tinggi, barangkali menjadi peluang usaha bagi para petani di Yogyakarta....

Thursday, June 18, 2009

Budidaya Itik di Laut, Hasilnya Yahud

Source: Majalah Pengusaha – www.majalahpengusaha.com


Selama ini kita hanya mengenal budidaya itik di darat. Padahal budidaya itik di laut jauh lebih menguntungkan. Dengan memelihara 650 ekor, kita bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 3 juta per bulan. Russanti Lubis

Pernah melihat itik ngemil atau mengulum es batu? Kalau belum, Anda harus berbudidaya itik laut terlebih dulu. Sebab, dalam budidaya binatang yang daya tahan hidupnya lebih tinggi daripada ayam ini, ngemil terpaksa dilakukan kepada itik-itik tersebut untuk menekan biaya pangan. Di sisi lain, dalam budidaya ini kadangkala itik juga dipaksa mengulum es batu sebagai bentuk pertolongan pertama, untuk menyelamatkan nyawa hewan yang juga disapa bebek ini, dari kematian mendadak karena memakan bangkai hewan.

Lalu, apa itu budidaya itik laut? “Budidaya itik laut yaitu itik darat yang dibudidayakan di wilayah pantai atau pinggiran laut dengan menggunakan pola alamiah atau dibiarkan lepas begitu saja (Jawa: diumbar, red.) tapi tetap dalam batas-batas tertentu saat air laut surut, sehingga mereka dapat mencari makanan tambahan sendiri untuk meningkatkan produksi telur mereka. Usaha pemeliharaan itik ini memanfaatkan sumber daya pantai, yang merupakan penyedia pakan pendukung produksi dengan kandungan protein tinggi dan murah berupa sisa-sisa ikan dan biota laut yang telah mati yang ditinggalkan kala air laut surut, sehingga diperoleh keuntungan usaha yang optimal,” kata Sugiarto, Kepala Dinas Peternakan Kota Pasuruan, Jawa Timur.Untuk komoditi utamanya bisa menggunakan itik Lumajang, Bali, Mojosari, Khaki, Champbel, dan sebagainya.

Dalam pengembangbiakan hewan yang berdaya telur 57,8% itu, Sugiarto melanjutkan, Dinas Peternakan Kota Pasuruan menggunakan itik Mojosari (Modopuro). Sebab, secara ekonomis, itik jenis ini jauh lebih menguntungkan daripada itik jenis lain. “Dengan memperhatikan sifat dan karakteristiknya, bebek Mojosari (Modopuro) dimungkinkan dibudidayakan di semua daerah di Indonesia, terutama yang berdataran rendah. Tapi, dalam budidaya itik (di) laut ini tidak harus selalu menggunakan itik ini, karena pertimbangan segi efisiensi, efektivitas, dan ekonomis,” jelas pria bergelar insinyur dan magister manajemen ini.

Sebagai tambahan informasi, itik Mojosari (Modopuro) merupakan jenis itik yang banyak dijumpai di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini relatif lebih mudah didapat, murah, dan daya tahan hidupnya lebih tinggi daripada itik lain. Untuk dapat dibudidayakan, binatang yang termasuk spesies burung dalam familia Anatidae ini harus diadaptasikan dengan habitat pantai terlebih dulu, dua minggu setelah mereka menetas.

Beternak itik (di) laut, Sugiarto menambahkan, memiliki sisi menguntungkan dan merugikan. Sisi menguntungkannya yaitu pertama, membuka lapangan kerja baru, khususnya para istri nelayan. Kedua, biaya pakan lebih murah dibandingkan dengan budidaya itik (di) darat. Misalnya, jika seekor itik darat menghabiskan biaya Rp500,- sampai Rp700,- per hari, maka seekor itik laut hanya menelan biaya Rp100,- hingga Rp200,- setiap harinya.
Ketiga, kualitas telur yang relatif lebih baik dibandingkan dengan hasil budidaya itik (di) darat. “Warna kuning telurnya lebih kemerahan sehingga tampilannya terkesan lebih menarik, sekaligus menunjukkan bahwa kandungan proteinnya lebih tinggi. Hal ini disebabkan kebutuhan protein dan mineral itik pada saat berproduksi tercukupi,” ucapnya.
Keempat, keuntungan dari hasil penjualan itik afkir. Sedangkan sisi kerugiannya yaitu timbulnya angka kematian itik di usia muda. “Sebab, dengan sistem diumbar kemungkinan mereka memakan sampah atau bangkai hewan,” imbuhnya.

Budidaya itik (di) laut dapat dilakukan siapa pun dengan syarat yang bersangkutan tinggal di daerah yang berpantai landai, memiliki cukup modal, serta mempunyai komitmen usaha yang kuat, rajin, dan jujur. Selain itu, sebisa mungkin menghindari kondisi bibit itik yang tidak seragam baik dari segi umur, jenis, ukuran, maupun asalnya. Karena, hal ini menyebabkan setiap perubahan yang terjadi (masa bertelur, masa rontok bulu, dan sebagainya) di kemudian hari, tidak dapat diperkirakan secara manajerial. Di samping itu, melakukan pemeriksaan dan pembersihan area gembala dari sampah dan bangkai binatang, sebelum binatang yang dijuluki burung air ini diumbar. Saat diumbar, itik harus tetap dalam pengawasan penuh, untuk menghindarkan mereka dari gangguan pencuri atau binatang buas. Lebih dari itu semua, sediakan selalu air minum tawar dan bersih. Nah, selamat beternak.

Yang Harus Dipersiapkan...

Untuk membudidayakan itik (di) laut ini, yang harus dipersiapkan :

1. Komitmen tempat pengadaan dan pemilihan bibit.
2. Kandang atau tempat penampungan awal untuk memulai proses adaptasi daerah, beserta kelengkapannya. Ukuran kandang disesuaikan dengan kepadatan ternaknya.
3. Pakan bibit dan obat-obatan secukupnya (± 3 minggu).
4. Pagar area gembala.
5. Kandang produksi, untuk ukuran harus disesuaikan dengan jumlah dan kepadatan ternaknya • Pakan itik dewasa (untuk hidup pokok dan produksi).
6. Komitmen tempat dan pasar telur hasil produksi.
7. Komitmen tempat dan pasar itik afkiran.
8. Air minum tawar harus selalu tersedia, mengingat sifat itik yang hanya mau minum atau mengkonsumsi air dalam kondisi tawar.
9. Bibit itik Mojosari jenis kelamin betina dengan umur dan ukuran seragam. Hal ini, harus dilakukan agar saat berproduksi dapat terjadi serentak.
10. Pengawasan kesehatan itik



Proses budidaya itik (di) laut dalam satu periode, terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu:


1. Tahap pengumpulan bibit merupakan awal proses budidaya dengan kegiatan:
Menentukan tempat pembelian atau pengadaan bibit dengan mempertimbangkan aspek jarak, waktu tempuh, harga beli, kualitas bibit, dan jenis itik.
Pemilihan bibit dengan berpedoman pada umur (± dua minggu sebelum menetas), jenis, kesehatan, ukuran dan jenis kelamin itik yang seragam, serta sesuai kebutuhan.
Pengepakkan sesuai jumlah dan ukuran yang ada. Sebelumnya, pada masing-masing bibit telah diteteskan larutan gula melalui mulut sebagai langkah antisipasi stres akibat pengangkutan.
Pengangkutan dan pengiriman bibit ke kandang adaptasi.

2. Tahap adaptasi daerah
Bibit itik berada di dalam kandang yang letaknya di dekat pantai selama ± 3 minggu dengan hanya diberi makanan jadi buatan pabrik dalam bentuk kering, air minum tawar dalam jumlah yang tidak terbatas, dan penerangan secukupnya.
3. Tahap pembesaran
Pada tahap ini, itik mulai diberi ruang gerak yang cukup luas dengan memperkenalkannya pada kondisi pantai, dengan cara diumbar saat air laut surut dengan waktu terbatas, diberi pakan dalam bentuk basah pada pagi dan sore, serta air minum tawar dalam jumlah tak terbatas sampai itik mulai bertelur (± umur 4 bulan).
4. Tahap produksi
Pelaksanaan tahap ini hampir sama dengan tahap nomor tiga, hanya jam buka kandang diatur agak siang karena masih dilakukan pemungutan telur produksi harian. Sesuai kebiasaan, itik akan mengalami puncak produksi harian saat berumur 14 bulan.
5. Tahap pasca produksi
Secara umum, itik-itik pada tahap ini telah mengalami penurunan produksi dan akan mengalami rontok bulu, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan seleksi pada masing-masing itik untuk dilakukan pengafkiran.
6. Tahap peremajaan
Hasil evaluasi tahap ke lima dapat dijadikan sebagai pedoman dalam peremajaan itik, sehingga kontinyuitas produksi telur persatuan waktu dari satu unit usaha dapat dicapai dan bisa ditentukan pada waktu-waktu yang akan datang.


Analisa Bisnis


Dalam budidaya itik (di) laut, terdapat dua modal yang harus ditanamkan yaitu pertama, modal investasi yang berfungsi untuk membiayai pembuatan kandang, pagar area gembala, tempat makan dan minum itik, fasilitas listrik, pompa air, serta bibit itik. Kedua, modal produksi yang berfungsi untuk membeli bahan pakan itik dan membayar tenaga kerja, yang nilainya tergantung pada seberapa banyak itik yang akan dibudidayakan. Contoh, bila ingin membudidayakan 650 ekor itik yang terdiri dari 10 ekor jantan dan 640 ekor betina, pakan yang diberikan sejak awal hingga itik-itik ini berumur tiga minggu adalah pakan jadi (buatan pabrik). Selanjutnya, mereka diberi pakan campuran antara karak (kerupuk nasi, red.) dan bekatul dalam bentuk basah, hingga akhir masa reproduksi atau ketika hewan yang masih bersaudara dengan angsa itu berumur 14 bulan.

Analisis bisnis budi daya 650 itik (di) laut dalam satu bulan:

Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan 370 butir/hari
Harga rata-rata Rp 600,-/butir
Hasil penjualan telur Rp 222.000,-/hari
Pengeluaran untuk pembelian pakan sebanyak 90 kg @Rp600,- = Rp 54.000,-
Keuntungan kotor Rp 168.000,-/hari
Keuntungan bersih sekitar Rp 100.000,-/hari
Keuntungan bersih perbulan Rp3.000.000,-/bulan

Harga di atas merupakan harga pada tahun 2007.....harga telur bebek saat ini dikisaran 1200 s.d. 1500 rupiah per butir.

Harga DOD Itik Mojosari


Website ini dibuat dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai itik Mojosari. Selama ini di daerah Yogyakarta jarang sekali ada peternak yang memelihara itik ini dan untuk mencari bibit / DOD itik Mojosari sangat tidak mudah.


Berikut ini kisaran harga bibit DOD itik mojosari di Yogyakarta:
  • DOD Jantan = 4000 s.d 4300/ekor
  • DOD Betina = 5000 s.d. 5500/ekor
Bagi para peternak di DIY dan sekitarnya yang membutuhkan DOD Itik Mojosari dapat meninggalkan nomor telpon atau alamat email anda, nanti akan saya hubungi, akan saya bantu untuk menyediakannya, mudah2an peternakan itik di DIY dapat berkembang dan memakmurkan masyarakat DIY yang saya cintai.

Itik Mojosari

Itik Unggul Mojosari

Itik Mojosari merupakan salah satu itik petelur unggul lokal yang berasal dari Kecamatan Mojokerto Jawa Timur. Itik ini
berproduksi lebih tinggi dari pada itik Tegal. Itik Mojosari berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha ternak itik
komersial, baik pada lingkungan tradisional maupun intensif.

Bentuk badan itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar, enak
rasanya dan digemari konsumen.

Ciri-ciri itik Mojosari, antara lain:.
  • Warna bulu kemerahan dengan variasi coklat kehitaman, pada itik jantan ada 1-2 bulu ekor yang melengkung ke atas.
  • Warna paruh dan kaki hitam.
  • Berat badan dewasa rata-rata 1,7 kg.
  • Produksi telur rata-rata 230-250 butir/tahun.
  • Berat telur rata-rata 65 gram.
  • Warna kerabang telur putih kehijauan.
  • Masa produksi 11 bulan/tahun.

Itik Mojosari yang bertelur pertama kali pada umur 25 minggu memiliki masa produksi lebih lama, bisa sampai 3 periode masa produktif.

Setelah umur 7 bulan produksinya mulai stabil dan banyak. Dengan perawatan yang baik produksi perhari dapat mencapai rata-rata 70-80% dari seluruh populasi.

Wednesday, June 17, 2009

Itik


1. SEJARAH SINGKAT

Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari
Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus
dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas
domesticus (ternak itik).

2. SENTRA PETERNAKAN

Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika
Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim
tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau
Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten
Amuntai) dan Bali serta Lombok.

3. JENIS

Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan,
yaitu:
1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV
2000-INA;
2. Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
3. Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call),
Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur
seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA
dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian
Ternak) Ciawi, Bogor.

4. MANFAAT

a. Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
b. Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.
c. Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
d. Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.
e. Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

SOURCE: Anas Spp, Budi Daya Ternak Itik